Ahh..., namanya juga anak-anak. Tak lama berselang, mereka pun akur kembali. Mereka bermain kembali sebagaimana biasanya. Saat sedang asyik bermain, tiba-tiba ceking terperosok ke dalam lubang! Maka dengan sigap Tambun mengulurkan tangannya seraya menatap temannya penuh rasa khawatir! Segala daya-upaya mereka kerahkan sejadi-jadinya. Walhasil!, Ceking pun dapat ditarik keluar dari lubang tersebut dan selamat!
Karena saking bangganya Ceking terhadap Tambun, ia pun menggoreskan beberapa patah-kata di batu besar. Yang isinya, "hari ini temanku Tambun menyelamatkan aku".
Bingung, Tambun pun bertanya penuh kepolosan. "Ketika aku melukaimu, kamu menuliskan beberapa patah-kata di pasir pantai. Tetapi ketika aku menyelamatkan kamu, kamu menggoreskan beberapa patah-kata di seboongkah batu besar. Ada apa gerangan duhai temanku?"
Ceking menjawab sopan, "ketika kamu menjatuhi aku, aku memang kecewa. Tetapi kekecewaanku segara kutulis di atas pasir pantai agar sesegera mungkin terbawa oleh buih ombak lautan. Tetapi ketika engkau menyelamatkan aku dari lubang itu, aku sengaja menggoreskan beberapa patah-kata -di sebongkah batu besar- agar kebaikanmu dapat kukenang selalu.
Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)
^_^ *** ^_^
Ikhwani fillah, pernahkah kita merasakan atau mungkin melakukan hal tersebut? Memang, cerita di atas hanya keterangan fiktif belaka. Dan dalam Islam sendiri tidak baik jika menggunakan qiyas (analogi) dengan sesuatu yang fiktif. Tetapi bukan tidak mungkin, hal tersebut terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Maka, apakah kita mau memaafkan saudara-saudara kita?
Ayo, kita saling memaafkan juga saling menolong...!!!
Maafkan jika seorang yang dho'if ini selalu menampakan kejahilannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila berkomentar harap sopan