Jumat, 27 Juli 2012

Mengenal Hakikat Cinta (Mahabbah)




Pengertian dan Nama-nama lain dari Cinta
Pengertian Cinta

Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menyebutkan Cinta itu Pertama bagaikan singa dan pedang, berarti bahwasanya cinta itu buas dan mengerikan hingga dapat membahayakan jiwa. Kedua cinta itu bagaikan bencana atau malapetaka, yang berarti bahwa cinta itu dapat mendatangkan kesengsaraan. Yang terakhir beliau mengatakan bahwa cinta itu bagaikan khomer, yang dapat memabukkan.
“Al-Mahabbah” berasal dari kata “As-Shofaa-u” yang berarti kejernihan, karena orang Arab jika mengatakan gigi yang putih, jernih, rapi yang indah dengan ungkapan “hababul asnaan”.
Disebutkan juga “Al-Mahabbah” itu diambil dari kata “Al-hubaab” yang berarti gelembung permukaaan air ketika turun hujan lebat. Atas makna tersebut Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menyebutkan cinta itu adalah gejolak dan luapan hati ketika timbul keinginan kuat untuk bertemu seorang yang dicintai.
"غليان القلب وثورانه عند الاهتياج إلى لقاء المحبوب"
Dan Beliau juga menyebutkan bahwa hakikat cinta itu adalah pergerakan seorang yang mencintai kepada dia yang dicintai.
"حقيقة المحبة حركة نفس المحب إلى محبوبه"



§ Nama-nama Lain Dari Cinta
Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah juga menyebutkan hampir 60 nama lain dari “Al-mahabbah” yang semua itu juga memberi gambaran lebih jelas akan makna “Al-mahabbah” tersebut. Diantara nama-nama itu adalah :
· “Al-‘alaaqotu” yang berarti hubungan atau keterkaitan, perangkap yang menyebabkan seseorang terperangkap oleh dia yang dicintai.
· “Al-hawaa-u” artinya keinginan, keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu yang dicintainya.
· “Ash-shubuwatu” artinya juga kasih sayang atau rasa cinta juga kerinduan, disebutkan kata itu juga semakna dengan kata “Asy-syauqu”. Kata ini juga terdapat dalam Al-Quran ketika mengisahkan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam.
{وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [يوسف: 33]
“Dan jika Engkau tidak palingkan tipudaya mereka dari diri hamba, maka hamba akan terjebak dalam rasa cinta kepada mereka dan hamba akan termasuk kepada golongan orang-orang yang bodoh”
· “Al-‘isyqu” disebutkan bahwa ini adalah nama yang paling berpengaruh dalam nama-nama cinta, juga nama yang paling buruk. Dan jarang sekali orang arab yang menggunakan kata ini dalam pembicaraan maupun dalam sya’ir-sya’ir mereka.
· “Asy-syauqu” adalah perjalanan hati menuju dia yang dicintai, kata ini juga terdapat dalam sebuah hadist dari ‘Ammar bin Yasir, dia menceritakan bahwa dia telah berdo’a dengan do’a yang diucapkan Rosulullah SAW :
اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق أحيني إذا كانت الحياة خيرا لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيرا لي وأسألك خشيتك في الغيب والشهادة وأسألك كلمة الحق في الغضب والرضا وأسألك القصد في الفقر والغنى وأسألك نعيما لا ينفد وأسألك قرة عين لا تنقطع وأسألك الرضا بعد القضاء وأسألك برد العيش بعد الموت وأسألك لذة النظر إلى وجهك والشوق إلى لقائك في غير ضراء مضرة ولا فتنة مضلة اللهم زينا بزينة الإيمان واجعلنا هداة مهتدين


· “Al-futuun” berarti fitnah, dari kata fatana-yuftinu Fitnatan. Sebagaimana Allah juga berfirman :
{إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ} [التغابن: 15]
“Hanya saja harta-harta kalian juga anak-anak kalian adalah Fitnah (cobaan), dan Allah disisinya pahala yang besar”
· “Al-junuun” arinya kegilaan, sebagian cinta juga kegilaan. Sebagainama dalam sebuah sya’ir :
قالت جننت بمن تهوى فقلت لها ... ألعشق أعظم مما بالمجانين
العشق لا يستفيق الدهر صاحبه ... وإنما يصرع المجنون في الحين
· Juga nama-nama lain yang tidak saya cantumkan.

Ø Tanda-tanda Dan Bukti Cinta
Sebelum menyebutkan cirri-ciri orang yang jatuh cinta, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah terlebih dahulu membagi “An Nufus” (jiwa-jiwa) menjadi tiga :
§ “Nafsun Samaawiyyatun ‘Uluwiyyatun” maka kecintaan yang dihasilkan adalah kecintaan yang bertuju pada kebaikan dan senantiasa mencari keutamaan-keutamaan dan kesempurnaan bagi manusia, dan senantiasa menjauhkan dari kehinaan- kehinaan, kecintaan itu adalah kecintaan terhadap apa-apa yang mendekatkan kepada “Ar-rofiiqul A’laa”. Jiwa seperti ini dimiliki oleh para Malaikat yang selalu berbakti kepada Allah dan tidak pernah bermaksiat padanya.
§ “Nafsun Sab’iyyatun Ghodobiyyatun” maka kecintaannya berpaling kepada penguasaan, kedhaliman, kesombongan dan ketakaburan di muka bumi. Jiwa seperti ini dimiliki pasti oleh Syaiton.
§ “Nafsun Hayawaaniyyatun Syahawaaniyyatun” maka kecinttannya berpaling kepada sesuatu yang dimakan, diminum atau dikawini. Jiwa ini dimiliki oleh binatang. Dan kedua jenis jiwa ini sama-sama menyebabkab kesombongan dan ketakaburan di muka bumi juga pengrusakan. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
{ إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ} [القصص: 4]
“Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Setelah itu Imam Ibnu Qoyyim menyebutkan tanda-tanda dan bukti cinta, diantaranya :
- (إغضاؤه عند نظر محبوبه إليه ورميه بطرفه) menghujamkan pandangan mata pada yang dicintai, pandangannya selalu tertuju pada dia yang dicintai.
- (كثرة ذكر المحبوب واللهج بذكره وحديثه) banyak mengingat yang dicintai, membicarakan dan menyebut-nyebut namanya.
- (الإقبال على حديثه وإلقاء سمعه كله إليه) menerima setiap pembicaraan yang dicinta dan menujukan semua pendengarannya kepadanya.
- (محبة دار المحبوب وبيته حتى محبة الموضع الذي حل به) mencintai tempat tinggal dan rumah yang dicintai, sampai-sampai dia mencintai tempat dimana yang dicintai itu berhenti.
- (الإسراع إليه في السير والاجتهاد في القرب والدنو منه) bersegera menghampiri yang dicintai, dan selalu bersemangat untuk dekat dengan yang dicintai.
- (سروره بما يسر به محبوبه وإن كرهته نفسه) berbahagia dengan apapun yang membuat yang dicintai bahagia walaupun terhadap hal yang dia tidak suka.
- Dan tanda-tanda lain.
Ø Cinta Adalah Fitroh Manusia
Allah Ta’ala berfirman :
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ} [آل عمران: 14]
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Dari wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.
Ayat ini menunjukkan bahwa adanya kecintaan dalam diri manusia disebabkan karena Allah-lah yang menghiaskannya pada diri mereka.
Imam Az-Zarkasyi menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa yang menghiasi adalah Allah Ta’ala, untuk menguji manusia, siapa diantara yang paling bagus amalannya. Sebagaimana juga Allah berfirman :
{ إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا } [الكهف: 7]
“Sesungguhnya kami jadikan apa yang ada di muka bumu ini sebagai perhiasan baginya, supaya Kami menguji siapa diantara mereka yang paling bagus amalannya”.
Berarti jelas bahwa Allah-lah yang memberikan Fitrah kepada manusia suatu kecondongan atau kecintaan terhadap sesuatu.
Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah berkata "أن العالم العلوي والسفلي إنما وجد بالمحبة" bahwasanya seluruh alam langit maupun bumi ada disebabkan oleh cinta. Karena segala sesuatu yang ada di muka bumi ini bergerak dan berjalan atas dasar perintah dari Allah Ta’ala, dan tidaklah semua makhluk itu melaksanakan perintah Allah Ta’ala kecuali atas dasar cinta dan kesempurnaan cinta adalah “ubuudiyyah” (peribadahan), ketundukan, juga ketaatan kepada yang dicintai. Dan semua itu adalah “Al-haq” yang dengannya dan untuknya langit dan bumi juga segala apa yang ada dinataranya diciptakan, dan tidaklah Allah menciptakan semua itu kecuali atas dasar haq.
{وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ} [الحجر: 85]
“Dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan langit-langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantaranya kecuali dengan haq”

Ø Pentingnya Mengenal Hakikat Cinta
Diantara faidah mengenal hakikat cinta adalah :
§ Terhindar dari bahaya “Syirkul Mahabbah”. “Syirkul Mahabbah” adalah salah satu dari empat jenis Syirik Akbar, disebutkan oleh Muhammad bin ‘Abdul wahab dalam kitabnya “Ar-Risaalat Al- Mufiidah” bahwasanya Syirik Akbar itu terbagi menjadi empat bagian :
1. “As Syirku Ad Du’a-u” yaitu Syirik dalam do’a, seseorang meminta sesuatu kepada selain Allah Ta’ala.
2. “As Syirku An Niyyah” yaitu Syirik dalam niat, seseorang yang melakukan suatu amalan tapi diniatkan kepada selain Allah Ta’ala.
3. “As Syirku At Tho’ah” yaitu Syirik dalam ketaatan, misalkan seseorang yang mentaati selain Allah dengan sepenuh hati sampai-sampai meninggalkan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
4. “As Syirku Al Mahabbah” yaitu mencintai sesuatu melebihi kecintaan terhadap Allah Ta’ala. Dan ini yang menjadi pembahasan bahwa jika kita dapat mengenali apa itu hakikat cinta kita akan terhindar dari Syirik ini. Dalilnya Firman Allah Ta’ala :
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ } [البقرة: 165]
“Dan Diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan, dia mencintai tandingan itu sebagaimana dia mencintai Allah”
§ Terhindar dari siksa yang Allah janjikan kepada siapa saja yang mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Allah Ta’ala. Firman Allah :
{قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة: 24]
“Katakanlah Jika bapak-bapakmu , anak-anakmu , saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.

Ø Siapa Yang Paling Berhak Untuk Kita Cintai :
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala
2. Rosulullah Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
3. Jihad Fi Sabilillah (Syari’at Islam yang lain)
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :
{قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة: 24]
“Katakanlah Jika bapak-bapakmu , anak-anakmu , saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.
Ayat diatas menyebutkan jika semua yang disebutkan tadi (bapak, anak istri, dll) lebih dicintai dari pada : 1. Allah, 2. Rosululloh, 3. Jihad Fi Sabilillah, maka tunggu saja balasan (siksa)yang akan Allah berikan. Penyebutan seperti itu menunjukkan tingkatan mana yang harus kita cintai terlebih dulu. Sebagaimana yang disebutkan Abdurrahman As Sa’di dalam tafsirnya, bahwasanya ini adalah dalil utama bahwa kita wajib mencintai Allah Ta’ala dan Rosul-Nya dan mendahulukannya dari kecintaan terhadap yang lain.

Ø Syarat Mencintai Dan Dicintai
Seseorang boleh mencintai siapapun dan apapun selain dari Allah dengan syarat :
1. Tidak melebihi cintanya kepada Allah.
{وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ} [البقرة: 165]
“Dan orang yang beriman kecintaannya sangat kepada Allah”
2. Tidak melebihi cintanya kepada Roisululloh.
صحيح البخاري (1/ 12)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ»
“Demi Dzat yang diriku ada di tangan-Nya, tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicintainya dari anaknya juga ayahnya”
3. Tidak melebihi cintanya kepada Jihad fi Sabilillah (Syari’at-syari’at Allah).
{قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة: 24]
“Katakanlah Jika bapak-bapakmu , anak-anakmu , saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.

Dalil diperbolehkannya mencintai selain Allah :
- Kerena mencintai adalah fitroh manusia, dan hal dicintainya itu berupa wanita, anak, harta, dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ} [آل عمران: 14]
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Dari wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.
- Allah akan memberikan naungan di hari tidak ada naungan kecuali milik-Nya kepadaorang yang saling mencintai karena Allah. Sabda Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam :
صحيح البخاري (1/ 133)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: ..... وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ.....
“Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungannya di hari tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah : …..(salah satunya) dua orang yang keduanya saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah…”





Rujukan :
1. Al Quranul Kariim.
2. Roudlotul Muhibbin, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah.
3. Al-Kasysyaaf ‘an Haqoo-iqi ‘Awaamidli At-Tanziil, Abul Qoosim Mahmud bin ‘Amr Az-Zarkasyi.
4. Taisiirul Kariim Ar-Rohiim fii Tafsiiri Kalamil Mannan, Syeikh Abdurrohman As-Sa'dy.
5. Ar-Risaalatul Mufiidah, Muhammad bin ‘Abdul Wahhab.
6. Shohih Al-Bukhory, Muhammad bin Ismaa’il Abu ‘Abdillah Al-Bukhory.
(semuanya saya dapatkan dan say abaca di Al-Maktabah As-Syamilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila berkomentar harap sopan